Cuaca buruk begini nekat mendaki gunung, kutuknya dalam hati. Di dekapnya kedua kaki mengusir dingin di atas bangku teras depan kosnya, cuaca hujan rintik-rintik. Memang cuaca bulan Desember membuat segalanya menjadi basah, termasuk beberapa potong celana jeans belelnya yang kemungkinan hanya di bulan Desember ini bertemu dengan yang namanya air, dua potong CD pun ikut basah akibat dicucinya tadi pagi.

Benar-benar hari yang menyiksa bagi Anton, sudah dingin cuaca... tanpa CD pula. Sepotong kain sarung yang lumayan kering cukuplah menghangatkan tubuh cekingnya sore itu.

Tempat kost Anton cukup strategis, walaupun bangunan peninggalan Belanda, tetapi letaknya terpisah dari perkampungan, karena dikelilingi oleh tembok tinggi. Ibarat memasuki sebuah benteng pada jaman dahulu, letak kamar kos-kosan disekeliling bangunan utama yang di jadikan sekolah negeri.

Suasana sekitar kos-kosan memang sedang sepi... penghuninya banyak yang pulang kampung, maklum liburan Desember. Sementara sebagian kamar dijadikan asrama sekolah yang juga kosong ditinggal penghuninya liburan, praktis Anton merasa sebagai penjaga kosan, umpatnya dalam hati.

"Mas... jamu mas..." sapa tukang jamu gendongan membuyarkan lamunan Anton. "Eh embak... ujan-ujan ngagetin orang lagi ngelamun aja" sewot Anton.

"Mas nya ini lho... ujan-ujan kok ngelamun... tuh jemuran gak diangkat..." tanya mbak jamu sambil berjalan menghampiri beranda di mana Anton duduk.

"Emang sengaja mbak... sekalian kena air" jawab Anton sekenanya.

"Lho... kan sayang udah di cuci tapi kehujanan" kata mbak jamu keheranan.

"belum kok, belum di cuci" elak Anton.

"Lha... kok aneh" protes mbak jamu, "sekalian dicuciin sama ujan" saut Anton.

"Dah laku jamunya mbak? tanya Anton di sela-sela gerimis.

"Yah belum banyak sih, makanya mbok dibeli mas jamunya" pinta mbak Jamu memelas.

"Emang jualan jamu apa aja sih mbak" selidik Anton sambil membenahi sarungnya. "Ya macem-macem, ada galian singset, sari rapet, kunir asem, sehat lelaki, pokoknya banyak deh, dan semuanya hasil meracik sendiri lho mas" bangga mbak jamu sembari membersihkan air di sekitar kaki dan kainnya.

"Kalo badan pegel-pegel, jamunya apa mbak?" tanya Anton,

"Ada tolak angin" seru mbak jamu.

"Ah... kalo aku biasa di kerokin mbak, kalo minum jamu doang kurang marem" kata Anton. "Mbaknya bisa ngerokin saya?" goda Anton,

"Emang situ mau saya kerokin" kerling mbak jamu malu-malu. Anton hanya tersenyum saja.

"Ngomong-ngomong... namanya siapa sih mbak" tanya Anton.

"Saya Inah mas" jawabnya tersipu. Kalo di perhatikan... manis juga nih cewek... mana putih lagi kulitnya, gumam hati Anton.

"Kalo mas siapa namanya?" tanya Inah membuyarkan lamunan Anton.

"Saya Anton mbak" jawab Anton gugup. Keduanya bersalaman, gila... alus juga nih cewek tangannya, bathin Anton.

"Gimana mas Anton, mau saya kerokin?" tantang Inah memancing.

"Bener bisa ngerokin nih?" tanya Anton antusias.

"Boleh" jawab Inah senyum.

"Tapi jangan di sini ya, bawa masuk aja sekalian bakulnya mbak" kata Anton sambil bangkit berdiri menyilahkan Inah masuk ke dalam kos-kosan.

"Wah kos-kosannya bagus ya mas, ada ruang tamunya segala, ini kamar siapa aja mas kok ada tiga?" selidik Inah sembari meletakkan bakulnya di pojok dekat bufet.

"Kamar temen, cuman mereka pada pulang kampung, tinggal saya sendiri jaga kos" jawab Aton.

"Kamar mas Anton sebelah mana" tanya Inah,

"Itu mbak, paling pojok, paling gelap" kata Anton.

"Ih ngeri ah... gelap-gelapan" goda Inah genit.

"Gak pa pa kok... aku dah jinak" canda Anton sembari mengajak Inah menuju ke dalam kamarnya.

"Kok sepi mas?" selidik Inah sembari melihat ke kiri kanan.

"Rumah sebelah juga pulang kampung sekeluarga, makanya sepi" jawab Anton. "Kamar mandinya di mana mas, aku mau cuci kaki dulu" tanya Inah.

"Itu di depan kamarku jawab Anton sembari membereskan tempat tidurnya yang berantakan.

Anton merebahkan badannya telungkup di atas kasur tanpa dipan, sementara Inah mengambil minyak gosok serta uang benggol untuk kerokan.

"Mbak, jangan pake minyak ah... aku gak tahan bau dan panasnya" cegah Anton.

"Trus pake apa dong mas? tanya Inah bingung.

Anton berdiri menuju meja rias, diambilnya sebotol Hand Body dan di berikannya kepada Inah. "Pake ini aja mbak.. wangi lagi" senyum Anton.

Kemudian Inah mengambil posisi duduk di sebelah Anton, disingkapkannya kain batik yg dikenakannya sehingga tampaklah betis mulus Inah. Wah mulus juga, mana banyak bulu halusnya nih tukang jamu sorak hati Anton. Tangan yang menempel di punggung Anton juga dirasa lembut dan halus oleh Anton.

"Umurnya berapa mbak" tanya Anton memecah keheningan mereka berdua.

"Dua enam bulan besok mas" jawab Inah.

"Beda dua tahun di atas dong dengan saya" kata Anton sembari meringis kesakitan. "udah rumah tangga mbak?" kejar Anton.

"Pisahan mas, suami saya kabur gak tanggung jawab" kata Ginah.

"Lho kenapa?" sambung Anton penasaran.

"Kecantol janda sebelah kampung" ungkap Inah cuek.

"Waduh... laki-laki bodoh tuh... sela Anton sembarangan.

"Emangnya kenapa mas?" penasaran Inah.

"Gimana gak bodoh, punya istri manis, putih dan sintal kayak gini kok di sia-siakan" rayu Anton.

"Ah... mas Anton bisa aja" jawab Inah masuk dalam perangkap Anton, sembari mencubit pinggang lelaki itu.

"Eh... geli ah mbak..." jerit Anton sedikit mengelinjang.

"Laki-laki kok gelian... ceweknya cantik tuh..." goda Inah.

"Nggak cuman cantik... tapi banyak juga mbak" sombong Anton.

"Huh... dasar... laki-laki..." cemberut Inah.

"Mbak... tadi jamunya apa aja?" tanya Anton kemudian setelah adegan kerokan di punggungnya selesai.

"Kalo buat kondisi mas Anton sekarang... minum Sehat Lelaki" jawab Inah, "Kasiatnya apa aja mbak?" kejar Anton.

"Selain ngilangin masuk angin, supaya badan gak lemes dan mudah loyo" jawab Inah.

"Mudah loyo...? maksudnya apa...? tanya Anton kemudian.

"Ih masnya ini lho... kayak gak tau aja..." jawab Inah malu-malu. Anton memutar badannya, sekarang dia telentang menghadap Inah yang masih duduk terpaku, "Sungguh... saya gak tau mbak" aku Anton. Inah memalingkan wajahnya, terlihat semu merah di pipi Inah yang menambah manis rona wajahnya.

"Itu lho... buat pasangan suami istri kalo mau melakukan hubungan..." jawab Inah tersipu.

"Hubungan...? hubungan apa...?" tanya Anton dengan muka bloonnya.

"Ahhh... mas Anton ini lho... ya hubungan suami istri" jawab Inah sembari mencubit lengan Anton.

"Bagi yang punya pasangan... kalo kayak aku gimana...? siapa pasanganku ya...?" kerling Anton menantang Inah. Inah sendiri membuang mukanya, tetapi Anton menangkap semu merah di wajah Inah...

Chapter 2 : KHASIAT RAMUAN SEHAT LELAKI

Inah bangkit mengambil bakul yang tertinggal di ruang tamu, sekembalinya dia bertanya lagi kepada Anton,

"Jadi nggak... jamu Sehat Lelakinya mas?" tanyanya kepada Anton.

"Sini dulu dong..." jawab Anton sembari tangannya mempersilahkan Inah untuk duduk di sampingnya lagi. "Kalo aku jadi minum... terus bereaksi... buat membuktikannya gimana kalo jamu buatan mbak itu benar-benar berkhasiat" goda Anton.

"Ya sama pacarnya dong... maunya sama sapa?" pancing Inah gantian.

"Gimana kalo sama mbak aja... soalnya pacar yang mana juga bingung aku" tembak Anton sekenanya

"Jangan ah... entar kedengeran sama tetangga lho" jawab Inah tanpa nada penolakan. Kemudian Inah mengambil botol dari bakul dan meracik ramuan Sehat Lelaki. Anton bangkit dari tidurnya kemudian mendekati tempat Inah duduk, dibelainya kepala gadis itu dengan lembut.

"Jangan mas... genit ah... entar aku teriak lho" ancam Inah jinak-jinak merpati. "Teriak aja... paling gak ada yang keluar... orang ujan-ujan begini... pada males orang keluar" tantang Aton. Kemudian belaian Anton turun ke pipi Inah terus ke leher jenjangnya.

"Masss... geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya" ancam Inah.

"Kamu cantik lho mbak... kok bodoh sekali ya bekas suamimu itu" rayu Anton, "Soalnya janda itu kaya mas... sementara aku kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa" jawab Inah sembari memberikan gelas berisi ramuan jamu kepada Anton. "Nih... minum dulu ramuannya... ditanggung ces pleng..." jawab Inah tanpa di sadari.

"Hee... berarti mau dong ngebuktiin khasiatnya" tembak Anton setelah meminum habis ramuan jamu tersebut.

"Eh... ya nggak gitu... nyobanya gak sama aku" elak Inah merasa di tembak Anton. "Sekarang pijitin bagian depannya dong mbak, khan gak imbang kalo cuma belakangnya aja yang di garap" pinta Anton.

"Depannya minta di kerok sekalian mas?" tanya Inah.

"Nggak usah di kerok... pijitin aja" kata Anton.

Pijitan Inah di dada Anton, kembali membuat pemberontakan adiknya di dalam sarung. Tangan kanan Anton kembali meraba pipi halus Inah, wanita itu terdiam. Kemudian Anton menelusuri rabaan mulai turun ke leher Inah, perlahan tapi pasti dibukanya kancing kebaya Inah, Inah menoleh ke samping, dadanya bergemuruh, dirasakan semua bulu kuduknya berdiri, sensasi ini telah lama ia rindukan,

semenjak bercerai dengan suaminya setahun lalu, tidak ada tangan laki-laki lain yang menyentuh tubuh sintalnya. Anton merasakan deru nafas Inah yang mulai tidak teratur, dalam hati Anton bersorak... kena lo sekarang...! Dirabanya bukit kembar satu persatu. Anton tidak mau terburu-buru, diraba dengan bra yang masih terpasang. Rona wajah Inah semakin nyata,

"Masss... jaaangaannnn... mass... nanti dilihat orang" erang Inah sembari menahan gejolak dalam dirinya tanpa menepis tangan Anton.

Anton tidak menjawab, perlahan di bukanya kebaya Inah mulai dari pundak. Inah mencoba untuk menahan tangan Anton, kemudian Anton bangkit dari tidurannya, Inah memiringkan wajahnya seolah takut berhadapan dengan wajah Anton yang tinggal beberapa senti lagi darinya. Anton meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan wajah Inah tepat dihadapannya, kemudian Anton mendekatkan bibirnya mengecup bibir Inah, Wanita itu menolak, tetapi hanya sesaat, kedua tangan Anton memegang pundak wanita itu dan dilanjutkannya mengecup bibirnya, bergetar bibir wanita itu dirasa menambah nafsu Anton,

perlahan dibukanya bibir itu dan dikulumnya lidah wanita itu, terlihat Inah mulai menikmatinya sambil memejamkan mata. Kedua tangan Anton menurunkan kebaya yang dipakai Inah, tanpa perlawanan lagi. Sembari mereka saling berpagutan, dicarinya pengait bra di punggung wanita itu dan berhasil dibukanya, perlahan diturunkannya tali di atas pundaknya ke samping dan turun ke bawah.

Anton terhenyak tanpa melepaskan pagutannya, bukit kembar wanita itu masih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang, kemudian dirabanya kedua bukit itu disertai erangan kecil Inah.

"Masss... aku takuuutt..." erang Inah.

"Sssstttt... enggak pa pa kok... nikmatin aja ya sayang" ujar Anton menenangkan wanita itu.

Kemudian Anton mengambil tangan kiri Inah yang kemudian diletakkannya di atas sarung tepat di senjata Anton.

"Mass... gak pake celana dalam ya...?" tanya Inah sembari mengelusnya dari luar sarung. Anton hanya tersenyum, kemudian diapun berusaha untuk melepaskan kain yang masih dikenakan Inah. Setelah kain terlepas... Anton tidak dapat menahan gelinya,

"Kamu juga gak pake daleman ya...? tanya Anton dengan geli.

"Memang rata-rata tukang jamu itu tidak memakai celana dalam mas" jawab Iinah ketus, giliran Anton yang kaget dan melongo... Gila!!!

Perlahan ditatapnya wajah Inah, perlahan tapi pasti tangan Anton merenguh bahu wanita itu dan perlahan-lahan merebahkannya ke lantai. Anton mulai meraba kedua bukit kembar Inah, sementara wanita itu memalingkan wajahnya menghindar tatapan Anton, di pegangnya tangan Anton tetapi tidak bermaksud untuk melarang. Anton memang pandai memanjakan wanita, walau dirasa tubuh wanita itu sedikit berbau ramuan jamu, tidak mengurangi nafsu Anton untuk kemudian menjilatinya. Dimulai dari leher jenjang wanita itu, kemudian perlahan turun pada dua bukit kembar, kembali lidah Anton menyelusuri gundukan bukit itu satu persatu yang diakhiri dengan sedotan diujung putingnya.

Terdengar erangan wanita seperti kepedesan, kedua tangannya telah beralih ke rambut gondrong Aton dengan sedikit jambakan. Lidah Anton meneruskan gerilyanya, turun ke arah pusar Inah, terlihat Inah demikian menikmatinya, kegiatan yang tidak pernah dilakukan suaminya dahulu, karena suaminya hanya memaksa bila ingin dipenuhi kebutuhan sahwatnya tanpa Inah merasakan nikmatnya berhubungan insan berlainan jenis.

Tangan Anton kembali meremas bukit kembar Inah, sementara jilatan Anton telah mendekati sasaran di sarang kenikmatan Inah. Luar biasa... bulu kemaluan Inah demikian lebatnya, menambah sensasi tersendiri buat Anton.

"Eh... masss... mau ngapaiiinn...? selidik Inah di atas sana.

Anton tidak menjawab, tangan kanannya berusaha menyingkap bulu lebat Inah untuk menemukan kenikmatan gadis itu.

"Jangan masss... kotooorrr... achhh..." erang Inah menahan gejolak yang untuk pertama kali dirasakan sensasi itu. Anton hanya melirik ke atas, dilihatnya mata wanita itu terpejam kenikmatan.

"Masss... ediaaannn... uenakeee... ssshhh... aaahhh... emmmhhh masss..." jerit tertahan Inah sembari menjambak rambut Anton. Lidah Anton menemukan klitoris Indah, dijilat, dipluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Inah kelojotan.
"Masss... gak kuaaat... mauuu pipp pisss..." teriak Inah sambil berusaha menyingkirkan kepala Anton dari kemaluannya. Anton menolak dan semakin kuat membenamkan wajahnya kedalam kemaluan Inah. Tak lama kemudian Anton merasa kalau kepalanya sedikit sakit akibat jepitan paha Inah, tetapi di tahannya, karena Anton tahu bahwa wanita ini mengalami orgasme yang teramat hebat dan dahsyatnya.

"Achhh... emmmhhh... masss...sss...sss acchhh..." jerit tertahan Indah mengiringi orgasme yang baru sekali ini dialaminya, seolah copot semua persendian di tubuhnya.

Sensasi apa ini, yang tak mampu dicapai oleh pikirannya, karena tidak pernah di dapat dari mantan suaminya dulu. Inah terkapar kelelahan, Anton memeluknya, dielusnya rambut dan pipi Inah, sementara Inah kehabisan nafas, seakan habis puluhan kilometer dia lari..
Aku meraba klitorisku dengan jari jariku, terasa nikmat sekali, beberapa saat kututup mataku. Cepat sekali vaginaku sudah licin, basah sekali, sentuhan jari jariku semakin menebarkan rasa nikmat. Cerita Dewasa : Sesekali aku tekan lebih keras, tubuhku rasanya tidak sanggup menopang tubuhku, lututku bergetar lemas tidak kuat menopang tubuhku.

Oh ya, keasikan neh, perkenalkan namaku dona, 26 tahun, masih single, aku bekerja sebagai seorang guru SD di Jakarta. Hobiku adalah masturbasi sambil menghayalkan pria pujaanku, fantasi-fantasi liar sering kali tidak dapat kubendung, apalagi semenjak aku jomblo hampir setahun ini.

Dan beginilah, belakangan ini jika sedang horny aku tidak kenal tempat untuk memuaskan gejolak birahiku. Balik ke cerita tadi...

Sangkin nikmatnya masturbasi di toilet sekolah, aku sampai tidak menyadari kalau pintu toilet meski kututup tapi tidak kukunci. Aku semakin tidak peduli, yang kutahu aku harus memuaskan birahiku yang sedang terbakar, kucoba menahan desahanku, meski terkadang terlepas juga desisan desisan kecil dari bibir tipisku.
"sshh..emhhh", desisan kecil sesekali kelaur dari bibir tipisku.

Aku membayangkan bercinta dengan pak Oki, guru olah raga baru disekolah tempatku bekerja, pak Oki sungguh tampan dan tubuhnya yang sangat kekar, tadi siang aku memperhatikannya yang sedang memberi petunjuk cara meregangkan otot kepada murid kelas 6 SD. ototnya begitu keakar, belum lagi ada tonjolan yang menggelembung di antara pahanya.

Terus terbayang-bayang, aku jadi ga kaut lagi menahan birahiku sampai akhirnya berujung di toilet sekolah ini ketika jam pelajaran berakhir dan sekolah sudah sepi. Aku membayangkan bercinta dengan pak Oki di toilet ini, dia memompa k*ntolnya yang besar di vaginaku dari arah belakang, tubuhnya mendorong tubuhku sehingga aku terpaksa menahan tubuhku di tembok toilet dan sedikit menungging.

Aku mempraktekkannya seolah-olah semuanya nyata, satu tanganku bertopang di dinding dan yang lain membelai klitorisku dari depan.
'uuuh pak oki', desisku pelan. aku terus mengejar kenikmatan, keringatku mulai keluar dari atas keningku. Tidak lama aku merasa hampir tiba di ujung kenikmatan itu, namun tiba-tiba,
'braaak', pintu toilet tiba tiba terbuka.
'bu dona', kata orang yang berdiri di depan pintu toilet dengan mata yang tidak berkedip sedikitpun melihatku. Aku tersentak kaget,

'pak parman ehhhh...', kataku kaget ketika melihat pak parman, cleaning service sekolah yang umurnya sekitar 40 tahun. Sangkin kagetnya dan tidak tau berbuat apa aku jongkok merapatkan kakiku sangkin kagetnya, namun tanganku masih berada diantara selangkanganku, aku begitu kaget sampai luapa menarik tanganku.

'pak parmaan keluar', kataku dengan suara pelan. Wajahku pucat sangkin takut dan malunya. Kurang ajar benar dia, bukannya keluar tapi malah cepat-cepat masuk dan menutup pintu kamar toilet dan menguncinya.

'ngapain pak... keluar,' perintahku dengan tetap berjongkok sambil merapikan rok ku ke bawah yang tadinya tersingkap sampai ke pinggul.
'Bu dona', kata parman sambil mendekatiku dan mendekap tubuhku. Aku bertambah kaget, tapi aku tdak berani berteriak, aku takut ada orang yang mengetahui kalau aku masturbasi di toilet sekolah.
'jangaan pak', kataku berusaha melepaskan dekapannya, kugeser tubuhku untuk melepaskan diri dari dekapannya, namun dia tetap mendekapku sampai aku menabrak dinding.

'jangan paak', kataku takut, dia tidak mendengarkanku, bahkan dia mendekatkan wajahnya dan menciumi leherku,
'jangaaan', kataku lagi.

Melihat parman yang begitu beringas dengan nafas mendengus dengaus menciumi leherku dan tangannya mulai meraba raba buah dadaku. Aku menyadari kalau aku terjebak, aku berusaha melawan, dengan sekuat tenaga aku dorong tubuhnya, berhasil, dia terjatuh di lantai toilet.

Aku langsung mengambil kesempatan, berdiri ke arah pintu, namun ketika aku mencoba membuka grendel pintu toilet. Tanganku tertahan oleh tangan parman yang kekar,

'lepaskan', kataku, namun parman yang sudah kesetanan itu tidak mendengarkanku, dia malah memutar tangan kananku ke belakang tubuhku dengan paksa, tangannya yang lain menahan tangan kiriku didinding. Aku terjebak, tenaganya kuat sekali, tubuhku seperti terkunci dan tidak bisa bergerak,

'pak parmman jangan...sakit..lepaskan', kataku memohon dengan suara memelas.

'bu dona... biarkan aku...', katanya didekat telingaku, dengusan nafasnya sampai terasa menerpa telingaku.

"ahhh lepaskan', aku memohon lagi begitu mengetahui tubuh kekarnya menekan tubuhku kedinding. Aku sangat takut, ketika merasa ada benda yang keras kenyal menabrak bokongku.

'ahh ******nya udah tegang, dia akan memperkosaku', jerit batinku
Aku semakin memberontak berusaha melepaskan kuncian tangannya yang menahan kedua tanganku.
'sebaiknya bu dona jangan berisik, nanti ada orang yag dengar, biarlah saya dipukuli orang tetapi saya akan cerita ke semua orang kalau ibu dona masturbasi di kamar mandi', katanya mengancam, aku mengurangi perlawananku, ancamannya begitu mengena. Apalagi di sekolah aku dikenal sebagai wanita anggun yang berkarisma. Aku menghentikan perlawananku...berpikir sejenak.

Cerita Dewasa : Ternyata dia mengetahui kalau aku mulai menikmati tusukan ****** nya. Aku terdiam malu, tidak berani berkomentar, kalau kubilang tidak atau memaki makinya, dia pasti tahu aku bohong karena vaginaku sudah mengeluarkan banyak cairan yang menandakan aku juga terangsang dan menikmati enjotan ****** nya. Aku menundukkan kepalaku dan mencoba menghindari ciuman bibirnya yang mengecup pipi kananku.

'Tunggingin dikit bu dona', katanya sambil menarik pantatku keatas.

'Kurang ajaaar... berani beraninya dia malah menyuruhku menungging', umpatku dalam hati.

Tapi aku tidak punya pilihan selain menuntaskan birahinya secepat mungkin, dan berharap agar semuanya secepat mungkin berakhir. Aku ikuti saja kemauannya dengan menunggingkan sedikit pantatku.

'emmh pantat bo dona memang montok banget, ga salah apa yang aku khayalin selama ini', katanya sambil meremas remas bokongku gemas.

'Gila, ternyata aku sudah lama jadi fantasi laki laki ini', pikirku dalam hati.

Merasa posisiku sudah siap, sambil tangan kirinya menahan pinggulku, dia kembali menggerakkan ****** nya kembali.

'emmh pak pelan', kataku ketika kurasakan penetrasi ****** nya terasa lebih dalam dari sebelumnya,mungkin karena aku menunggingkan pantatku sehingga posisi vaginaku benar-benar bebas hambatan.

Parman tidak memperlambat kocokannya, dia malah mempercepat, aku mulai mendesah-desah pelan masih menjaga sikapku,

'emmh emmmh', desisku pelan merasakan gesekan batangannya di lubang vaginaku.

Melihat tubuhku yang terdorong dorong kedepan, parman sepertinya sengaja melepaskan kedua tanganku sehingga aku dapat menahan tekanan tubuhnya, dengan kedua tanganku bertopang pada tembok.

'emmmh gila seret banget', erangnya. Kini kedua-tangannya meremas remas bokongku yang bulat padat sambil tidak berhenti mengocok ****** nya.

'ooh bu oooh', parman semakin keras mendesah, aku jadi takut kalau-kalau ada orang yang mendengar desahannya itu.

"pak parman..ja..jangan berisik pak..", kataku memohon takut desahannya didengar orang.

'I..i..iya bu emhh abis enak banget', katanya pelan dengan nafas menderu.

Kocokan ****** nya terasa semakin cepat. Kurang puas meremas-remas bokongku, dia menguakkan belahan pantatku. dan kurasakan satu jarinya membelai anusku. Kontan aja aku menggeliat, pantatku bergoyang ke kanan ke kiri karena kegelian.

'oooh pak parman..oooh', aku bukan lagi mendesis tetapi desahan mulai keluar dari bibirku, rasa nikmat yang tercipta dari kocokan ****** parman ditambai gesekan jarinya yang membelai anusku seperti racikan yang pas membuat aku lupa diri, dan membuatku tidak dapat membendung desahanku. Hebat sekali, rasanya aku mulai benar benar menikmati semua ini, tubuhku terasa sangat geli, kenikmatan rasanya menyebar diseluruh tubuhku.

'oooh ahhh', aku semankin menggila desahanku bertambah keras saja, parman bukan saja hanya membelai anusku dengan jarinya tetapi memasukkan satu jarinya ke anusku dan menusuk nusuk jarinya ke anusku, refleks pantatku semakin kutungingin, tiap kali dia menarik ****** nya dia membalasnya dengan menusukkan jarinya ke anusku. Jujur saja terlintas dibenakku untuk melakukan anal sex dengan pak parman, seperti yang dulu pernah kulakuan dengan pacarku.

Parman semakin mengerang tak karuan, tidak kuhiraukan lagi apa yang dikatakan parman, rasanya aku sudah mau orgasme.

'saya mau keluar..ahh bu dona', kudengar samar samar erangannya, namun tidak kupedulikan karena aku juga merasa sudah mau orgasme.

'ooh emmmh oooh' desahku lebih keras, kurapatkan tubuhku kedinding, parman mengikuti tubuhku dan menekan keras keras ****** nya kedalam vaginaku, bahkan dia menusuk jarinya sampai amblas didalam anusku

'ahhhh setaaan kau parmaaaaan', lirihku panjang, aku orgasme, aku tidak dapat menahannya, sungguh luar biasa aku bisa orgasme ketika diperkosa.

Kutelan air liurku menikmati sisa kenikmatan, masih kurasakan penis parman memenuhi liangku, tetapi tidak kurasakan lagi jari parman di anusku, kedua tangannya memegang pantatku dan memompa ****** nya dengan ganas.

'oooh bu dona oooh', tiba tiba parman mengerang keras dan menekan tubuhku keras, aku kaget menyadari dia mau orgasme, tapi terlambat, diringi erangannya, ****** parman sudah menyemburkan sperma hangat menyirahi rahimku. Berkali kali dia mengehentakkan penisnya dalam-dalam membuat tubuhku terdorong ke tembok.

'ooooh emmmh', entah kenapa aku ikut menikmati sensasi ketika parman orgasme di liangku, denyutan-denyutan kecil batang ****** nya terasa di sinding lubang vaginaku ketika cairan hangat spermanya berhamburan keluar menyirami lubangku.

'Ahhh apa yang kulakukan? Parman orgasme di vaginaku', pekikku dalam hati. Aku tersadar kembali, kurapatkan tubuhku kedinding dan menarik nafasku, aku teringat kalau aku memang sudah mau haid, aku hanya bisa berharap spermanya tidak membuahi telur dirahimku.

'ahh bu dona emmh', dia mencoba mencium pipiku tapi kudorong dengan mata melotot. Melihatku protes, dia segera merapikan pakaiannya tanpa membersihkan ****** nya yang masih dilumuri cairan vaginaku.

'Cepat keluar pak', kataku dengan suara lantang sambil merapikan posisi rokku. Parman tanpa berkata apa apa langsung keluar dan kukunci pintu toilet. Aku langsung membersihkan kemaluanku dari cairanku sendiri dan sperma parman yang mengalir keluar,

'gila..banyak banget spermanya', umpatku dalam hati.

Cerita Dewasa : Aku mengenakan celana dalam dan merapikan baju yang kukenakan. Aku mengendap endap keluar toilet dengan hati berdebar, takut ada orang yang mengetahui apa yang terjadi tadi di toilet. Suasana sekitar sekolah sepi, memang saat itu sudah hampir jam 4 sore. Dengan hati berdebar aku memasuki ruangan guru, kulihat kepala sekolah dan 2 orang guru belum pulang mereka lagi sibuk dengan urusan masing masing. Aku sedikit bernafas lega meski perasaan kotor masih ada dipikiranku. Dan sore itu aku pulang kerumah dengan perasaan yang tidak menentu antara malu, takjub dan takut
Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.

Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.

Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.

Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.

Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.

Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.

Kudengar suara langkahnya mendekatiku.

"Bu Asmi..?" Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.

"Bu Asmi..?" Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.

Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.

Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.

Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.

Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.

Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.

"Sandi!! Ngapain kamu?"

Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.

"Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu... " Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.

"Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua," Ujarku lembut.

"Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan... Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya," jawab Sandi.

"Ah kamu... Ya sudah terserah kamu sajalah"

Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.

Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.

Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.

"Body Ibu bagus banget.. " dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.

"Ibu hebat...," desisnya.

"Apanya yang hebat..?" Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.

"Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu" Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.

"Itu karena Ibu teratur olahraga" jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.

Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.

"Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!" Cegahku sambil menciumnya.

Sandi tersenyum lebar. "Sudah enggak sabar ya ?" godanya.

"Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San," Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.

Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.

Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.

Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.

"Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak 'bercinta' sama Ibu...," dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.

Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu..., terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya...!!!

Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.

"Oohh...," sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.

"Saann, penismu enaaak...!!!," kataku setengah menjerit.

Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.

"Oohh..., toloongg.., gustii...!!!"

Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.

"Aahh, penismu..., oohh, aarrghh..., penismuu..., oohh...!!!"

Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.

"Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!" aku menjerit-jerit.

"Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget 'bercinta' sama Ibu!" Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.

"Sodok terus, Saann!!!... Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!"

"Teruuss..., arrgghh..., sshh..., ohh..., sodok terus penismuuu...!"

"Oh, ah, uuugghhh... "

"Enaaak..., penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss..."

Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!

Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.

Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.

Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.

Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.

"San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar," kataku terus terang.

"Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?" jawabnya lembut di telingaku.

Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.

Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.

"Oorrgghh..., aahh..., ennaak..., penismu enak bangeett... Ssann!!"

Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.

Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.

"Aarrgghhh...!!!" aku menjerit.

"Aku hampir keluar!" Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.

"Terus, Sayang..., teruuusss...!"desahku.

"Ooohhh, enak sekali..., aku keenakan..., enak 'bercinta' sama Ibu!" Erang Sandi

"Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan...!" Balasku.

"Aku sudah hampir keluar, Buu..., vagina Ibu enak bangeet... "

"Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss..., yaah, aku juga mau keluarr!"

"Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar...!"

"Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann..., aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan 'bercinta' sama kamu..., yaahh..., teruss..., aarrgghh..., ssshhh..., uughhh..., aarrrghh!!!"

Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.

"Oohhh...!!!" dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.

Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.

"Enak banget," bisik Sandi beberapa saat kemudian.

"Hmmm..." Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.

"Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu..."

"Apalagi penis kamu..., gede, keras, dalemmm..."

Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.

Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,

"Aku bisa enggak puas-puas 'bercinta' sama Ibu... Ibu juga suka kan?"

Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.

Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa
Awalnya aku pikir bersetubuh dengan wanita adalah hal yang biasa-biasa saja, atau kenikmatannya sama saja dengan waktu kita beronani dikamar mandi saat kita lagi butuh kepuasan, itu pendapatku waktu itu. Kebiasaanku beronani atau kata orang ” nyoli ” dimulai waktu usiaku masih 17 tahun ketika aku duduk dikelas tiga S M P. Telah menjadi kebiasaanku sepulang sekolah aku harus pergi kesawah untuk mencari sekarung rumput makanan dua ekor kambingku saat masih dikampung, kini aku tinggal di Jakarta bersama budeku. Memang kedua orang tuaku adalah peternak yang kurang sukses.

Karena terbentur utang yang tak kunjung lunas akhirnya hewan perliharaanya tersisa dua ekor lagi. Teman setiaku adalah wawan, rumahnya persis didepan rumahku hanya dibatasi sebuah jalan kecil yang menghubungkan kesebuah danau diantara rumah kami berdua. Waktu itu hari menjelang sore, aku bergegas berganti pakaian sehabis makan sore sepulang sekolah lalu ku ambil sabit yang terselip didinding dapur rumahku yang terbuat dari anyaman bambu, serta tak lupa kutarik karung yang tergeletak dibawah meja makan, kemudian kutaruh keduanya diatas sadel belakang sepeda kesayanganku sambil makan pisang aku bergegas kerumah wawan untuk meminjam asahan menajamkan sabitku supaya mudah menebas rumput, setelah sampai didepan pintu aku masuki rumahnya lalu kupanggil dia ” wan..” iya..jawab wawan dari kamar. ” pinjam asahnya dong wan “, sembari trus berjalan ” dibelakang ko, di kamar mandi, ambil aja, saya lagi ganti pakaian” jawab wawan dari kamar. ” cepatan wan..udah sore nih..” Pintaku ke wawan.

Aku lalu kedapur karena memang kamar mandinya ada diluar, dibelakang rumah. Kamar mandi dikampungku umumnya hanya terbuat dari terpal yang dililitkan diempat tiang yang terpancang ditanah, itupun hanya sepatas pinggul, pendek. Pabila kita mau mandi ya harus duduk supaya nggak kelihatan. Pintu kamar mandinya pun hanya di tutupi dengan handuk, sebagai simbol menandakan kalo didalam kamar mandi ada yang sedang mandi. Kubuka pintu dapur yang menuju keluar - kekamar mandi, memang kamar mandinya di keliling pohon pisang dan rambutan jadi kurang begitu jelas kalo terlihat dari pintu dapur rumah wawan. Setelah beberapa langkah mendekati kamar mandi byur..suara orang sedang mandi betapa kagetnya ketika kulihat kearah kamar mandi, aku pikir tak ada orang dikamar mandi karena tak ada handuk yang terjuntai dipintunya. Sungguh pemandangan yang spektakuler waktu itu, betapa tidak Mbak tiyah kakaknya wawan yang masih kelas 3 SMU Negeri 1 di kampungku itu sedang asik mandi tanpa sehelang benangpun yang menutupi indah tubuhnya. Dibawah kuncuran air yang tertampung dalam kotak segi empat terbuat dari semen yang digantung diatas kamar mandi ia asik membersihkan pantat dan pinggangnya yang ramping, karena ia membelakangiku ia tak tahu kehadiranku aku tertengun kuperhatikan dari ujung kakinya lalu naik kepahanya mulus, putih gempal ditumbuhi bulu lembut diatas lututnya, aku tak tahan pandanganku trus naik kearah pantat luar biasa padat dan berisi ujung pantatnya yang menyembul bergoyang ? goyang ketika Mbak tiyah mengoyangkan kepalanya yang sedang ia keramasi.

Dia membalikkan badannya, semetara aku telah bersembunyi dilebatnya pohon pisang kulihat payudaranya membusung keatas indah dan sekal berjuntai kesana kemari seperti balon yang terisi air, diujung payudara sebelah bawah ada daging kecil warna coklat muda yang agak menonjol dan astaga..!! pandanganku turun kebawah perutnya, ramping sekali dan pusarnya indah serta bersih ..apa itu.. disela-sela kedua panggkal pahanya ada tonjolan daging yang belah ditengahnya ditumbuhi bulu ? bulu halus hampir sampai lubang pusarnya. Aku tetap diam dibalik pohon pisang sembari mataku tak lepas dari pandangan kearah kamar mandi. Aku nikmati pemandangan itu sampai Mbak tiyah selesai mandi, baru aku mengambil asahan kemudian mengajak wawan pergi kesawah untuk mencari rumput.

Malam harinya pikiranku nggak bisa tenang, selalu terbayang dengan busungan kedua payudara dan bulu-bulu halus diselangkangan Mbak tiyah, sambil terbaring dikamar yang telah kukunci kucoba untuk memejamkan mata tetap saja terbayang, akhirnya pikiranku tak bisa tenang perlahan kumasukan jari-jari tangan kananku dibalik sarung, trus kebawah diantara kedua panggkal pahaku lalu tanganku kususupkan kebalik celana dalam merk Sony yang sedang kukenakan, kupegangi bulu-bulu dipangkal kemaluanku, walau baru tumbuh sedikit namun terasa kasar kutarik-kutarik perlahan-lahan bulu yang tumbuh disekitar pangkal penis, penisku menegang beberapa urat terasa menyembul dipinggir batang kemaluanku, kutarik tanganku kemudian kuludahi permukaan tanganku lalu kumasukan kembali kebalik sarung sementara celana dalamku telah kulepas tapi masih tersangkut dimata kakiku.

Ku urut pelan-pelan sembari kuremas-remas penisku, makin lama terasa nikmat sekali. Namun baru beberapa urutan genggaman tanganku pada penis terasa mulai seret dan panas karena ludahku mengering. Disamping ranjangku diatas meja belajar ada sebotol handbody lotion yang selalu kupakai sehabis mandi, ku ambil dan kutuangkan dipermukaan tanganku, ku oleskan diseluruh batang kemaluanku setelah itu ku genggam seraya kemudian posisi tubuh kuberbalik dan sekarang aku tengkurap sembari menggenggam batang kemaluanyang makin membesar kupejamkan kedua mataku seolah ? olah aku sedang menindih Mbak tiyah, kutekan perlahan-lahan pantatku sangat teratur naik turun, tanganku kubiarkan saja menempel dikasur sembari tetap menggenggam batang penisku.

Napasku mulai tersengal gerakanku semakin cepat ku kuremas ? remas batang kemaluanku kubayangkan kalau kemaluanku terjepit diantara selangkangan Mbak tiyah yang berbulu halus itu makin lama kurasakan makin “nikmat oughh.. Mbak tiyah.. enaakk..” desahku ada sesuatu yang terasa makin memuncak makin dekat kelubang penisku dan akhirnya “oughh..croott.. crott.. enakk Mbak tiyahh..”segumpal cairan warna kuning-kecoklatan agak kental keluar mengalir dari ujung penisku, aku terkulai lemas, kubalikkan tubuhku sekarang aku terlentang keringat mengucur disekitar dada dan wajahku, pelan ?pelan ku urut batang kemaluanku ke arah atas ku peras sisa ? sisa buih kenikmatan yang masih tersisa, mungkin aku lelah karena kegiatan itu ku ulangi sampai tiga kali malam itu sampai-sampai handbody lotionku habis..akhirnya ku tertidur pulas..

Tepatnya malam tanggal 17 Agustustus 1995 wawan datang kerumahku, lalu mengajakku main kerumahnya tujuannya untuk menyelesaikan pe-er bahasa inggris dari Bu guruku, memang pelajaran yang paling kusuka disekolah adalah bahasa inggris. Sesampai dirumahnya kulihat diruang tamu Mbak tiyah sedang tidur terlentang sambil menonton TV, ” kok sendiri mbak, Bapak sama Ibu pada kemana?? tanya ku kepadanya sembari kulirik buah dadanya menonjol dibalik t-shirt warna ungu yang sangat ketat melekat ditubuhnya serta memperlihatkan lubang pusarnya. ” lagi ke rumah saudara ko, ada yang nikahan di Jakarta ” ujarnya ” ada pe-er malem ini ko?”, tanya dia” iya mbak, pe-er bahasa inggris, Mbak mau bantuin??, ku pancing dia. ” nggak ah, filmnya bagus entar aja ko, coba aja dulu entar kalo nggak bisa Mbak bantuin deh ” jawab Mbak tiyah, ” iya deh mbak, saya permisi dulu kekamar wawan nggak enak sama wawan udah nungguin” kataku, padahal aku masih ingin mengobrol bersamanya. Dikamar aku sibuk menyelesaikan pe ?er dimeja belajar wawan sementara wawan malahan baca majalah diatas ranjang yang terbuat dari papan tapi diatasnya ada kasur busanya, pe-er kali ini membuat kepalaku benar-benar pusing, akhirnya setelah pukul 11 malam baru pe-er itu dapatku selesaikan, karena asiknya membuka dan menutup kamus sampai-sampai aku lupa pada wawan, kutengok kearah ranjang kulihat ia telah terlelap tidur. Kututup kamus dan kurapikan meja belajar wawan.

Kuselimuti dia, ahh lebih baik aku kedapur cari makanan pikirku karena rumah wawan sudah seperti rumahku sendiri, ketika ku melintas ruang tamu kulihat Mbak tiyah masih tidur terlentang didepan TV, hanya saja kini ia telah berganti pakain memakai baju tidur longgar bercorak bunga-bunga. ” Mbak belum tidur “, tanyaku ” belum ko, habis filmnya bagus, udah beres pe-ernya?” Mbak tiyah balik bertanya seraya ku duduk disampingnya tetapi aku menghadap ke TV sementara ia masih tidur-tiduran. ” mana wawan? “, tanya Mbak tiyah ” udah tidur dari tadi mbak, mungkin capek?” jawabku. ” ko kata wawan kamu pintar ngurut kepala ya?”, sembari Mbak tiyah menekan kepalanya seolah ? olah sedang pusing, atau memang pusing beneran aku tak tahu waktu itu. ” tolong pijitan kepala Mbak ko ” pintanya ” bisa sih sedikit mbak, kenapa?, kepala Mbak sakit, yang sebelah mana yang sakit Mbak ” sembari mulai kupegang kepalanya tepat diatas jidatnya, kutekan perlahan-perlahan.

Tapi pandanganku tetap ke arah TV, tapi sumpah enggak tahu pikiranku mulai porno, sementara dibalik celana hawaiku, penisku nggak bisa diajak kompromi makin menegang. Aku tetap memijat disekitar kening Mbak tiyah, kulirik ia ternyata matanya tertutup mungkin menikmati pijitan tanganku. ” enak ko, kamu pintar mijatnya” kata Mbak tiyah. Aku hanya tersenyum. ” udah ko, pijitin pinggang Mbak iya” tanpa menunggu persetujuan dari ku kemudian ia membalikan tubuhnya. ” sebelah sini ko ” Mbak tiyah memegang pinggangnya menjelaskan letak yang harus ku pijat. Ku pegang pigangnya, ku urut dari mulai dari atas kebawah sambil ku tekan perlahan-lahan permukaan pigangnya tapi hanya sebatas pinggulnya tak lebih dari itu, aku takut dibilang kurang ajar. Tapi beberapa kali tanganku tersangkut baju tidurnya. ” susah ya ko, kamu ngurutnya, sebentar ko biar bajunya Mbak angkat keatas ” Mbak tiyah pegang ujung bajunya yang menutupi punggungnya hingga pinggulnya kemudian ia tarik hingga sebatas tali branya, tapi Mbak tiyah masih dalam posisi tengkurap. Ia letakkan tangan yang sebelah kiri diatas punggungnya.

Aku benar-benar terpesona melihat permukaan kulit pinggul Mbak tiyah yang kamarin lusa hanya mampu kupandangi dari jauh kini ada di depan mataku, dapat ku sentuh dan kuraba. ” cepatan ko ” suara Mbak tiyah mengagetkanku. ” iya Mbak ” aku tergagap, kucoba tetap bersikap wajar ku tekan sebisa mungkin pikiran pornoku setelah sekian menit aku dan Mbak tiyah hanya diam sementara aku hanya mengurut dan Mbak tiyah sesekali mengeluh menahan tekanan tanganku, kucoba membuka pembicaraan ” kulit Mbak putih ya ” pujiku tetapi aku tetap mengurut dibagian pinggang Mbak tiyah pelan-pelan. Pijatanku kuarahkan kebagian bawah pertama kuberanikan memijat gundukan daging pantatnya, rasanya padat dan kenyal lalu kupegang dengan kedua tanganku kuremas-remas, aku hampir nggak bisa menguasai diri sepertinya Mbak tiyaHPun menikmati pijatan-pijatanku, desahan nafas Mbak tiyah makin jelas kudengar iramanya seperti orang sehabis lari pagi.

Tiba-tiba Mbak tiyah berbalik kini ia terlentang. Aku kaget setengah mati, mati aku..pikirku aku pasti akan dicaci oleh Mbak tiyah atas ulahku yang kurang ajar. Tapi aneh Mbak tiyah justru tersenyum melihatku. Mbak tiyah bangun dari tidurnya, kulihat matanya sayu, dan bibirnya setengah terbuka dan basah sangat mengoda. ” sini tanganmu ko ” Mbak tiyah meraih kedua tanganku, aku diam saja aku bagai terhipnotis hanya desah napasku makin tak teratur. Diletakkannya kedua tanganku diatas payudaranya, ia bimbing kedua tanganku untuk meremas kedua payudara dibalik bajunya. Aku tak tahan ku angkat ujung bajunya lalu aku berdiri dan kutarik keatas melewati kepalanya hingga akhirnya bajunya terlepas dari tubuhnya, aku duduk lagi dihadapannya kupeluk dia, kupegang tali pengait BH warna ungu dipunggungnya, kutarik secara paksa, “aduhh, pelan-pelan ko sakit” ketika tali BH itu terlepas secara paksa.

Kini payudara itu menyembul keluar, membusung indah ku pegang perlahan-lahan lalu kuremas-remas, “aughh..geli..enak..ko, auhghh pelan-pelan ko..” Mbak tiyah memegang lenganku semakin kecang pegangannya, mata Mbak tiyah kadang terbuka kadang tertutup. Ku pegang bagian bawah payudaranya kuangkat lalu kuarahkan mulutku kebagian puting payudara Mbak tiyah sebelah kiri, kumasukan kemulutku lalu ku gigit pelan-pelan, ” auhghh..enakk..ko..geli..ko, terus teruss enakk koo “, Mbak tiyah memeluk kepalaku, ia tarik rambutku sementara tangan kanannya membuka kancing celanaku lalu trus kebawah hingga masuk kebalik celana dalamku dan..auhh..ia pegang batang kemaluanku yang dari tadi telah menegang. Ia tarik kebawah celana hawaiku hingga terlepas, akupun tak tinggal diam ku pegang celana tidur Mbak tiyah kutarik hingga terpelorot sampai bawah.

Ku baringkan Mbak tiyah diatas tilam warna ungu kemudian kepalanya kuangkat lalu kuselipkan bantal dibawah kepalanya. Tubuhku merosot kesebelah bawah sementara kini posisiku diatas Mbak tiyah sedangkan kedua pahanya mengapit pinggangku, tubuhku makin kebawah. Kusentuh bagian vital Mbak tiyah trus kubelai rambut ? rambut halus disekitar lubang kewanitaanya kucium perlahan lalu kugigit bagian daging yang menyembul keluar sebesar biji sirsak berwarna merah, Mbak tiyah merintih..uaghh..kamu pintar koo.. sementara kedua pahanya mengapit kepalaku menahan geli bercampur nikmat, kurasakan kini liang yang ada dipangkal Mbak tiyah itu makin lama makin mengeluarkan cairan yang memenuhi lubang kemaluanya.

Posisiku kini berubah perlahan aku duduk didepan selangkangan Mbak tiyah ku pegang kedua pahanya Mbak tiyah kutaruh diatas lututku, kini didepanku terlihat jelas belahan liang kemaluan Mbak tiyah makin membelah hingga didalamnyapun terlihat jelas olehku karena terpaan sinar lampu diruang tengah itu, perlahan-lahan kumasukan jari tengahku kedalam lubang kemaluan Mbak tiyah baru kira ? kira satu cm ku putar ? putar jari tengah ku didalam kemaluan Mbak tiyah tepat diatas daging yang menonjol didalam liang itu.” Aughh..truss..ko..enak sekali..koo”,
Mbak tiyah merintih-rintih semetara kedua tangannya berputar kesana kemari meraih apa yang bisa ia pegang, ku lihat Mbak tiyah bagai cacing kepanasan menggeliat kesana ? kemari. Ia berusaha meraih batang kemaluanku. ” Jokoo masukin punyamu ko” suara Mbak tiyah terdengar parau akibat tekanan birahi yang kian memuncak. Ku genggam batang penisku yang sudah mengencang dari tadi lalu tanganku yang sebelah kiri merenggangkan paha Mbak tiyah, terlihat jelas liang kemaluan Mbak tiyah makin menganga, batang kamaluanku makin dekat dengan lubang selangkangan Mbak tiyah lalu kuarahkan tepat ditengah dan bluuss..” aauu..sakit koo jangan kuat ?kuat nekannya,” teriak Mbak tiyah.
” enaakk mbak, aughh punya Mbak tiyah enakk.. aku tak menghiraukan lagi teriakan Mbak tiyah. Awalnya lubang kemaluan Mbak tiyah terasa serat tapi lama ? kelamaan ada cairan yang mengalir hangat mengalir keluar dari rahim Mbak tiyah, hingga kini batang penisku dapat lancar keluar masuk kedalam lubang kenikmatan itu.
Cepat..koo..tekan yang kuat punya Mbak mau keluar.. rintihan Mbak tiyah makin menjadi-jadi..sementara dekapannya dipunggungku makin kecang auhghh cepatt koo yang kuat nusukk nya..” rintih Mbak tiyah..”. “aughh..mbak punya saya mau keluaarr ..enaakk..enaakk..mbakk,..saya..sayang..mbak..auhg hh..mbak kerluarr..enakk..enakk..mbak..”kugigit payudara Mbak tiyah, lalu ku sedot-sedot puting Mbak tiyah..ada sesuatu yang kian memuncak mendekati..” enaakk koo truss koo Mbak sayang joko juga..” dan akhirnya crott..crott..air maniku tumpah diatas perut Mbak tiyah..aku terkulai lemas ku kecup lembut bibir Mbak tiyah..mbak tiyah hanya diam dan tersenyum..puas walau disela matanya kulihat ada air mata.

Kulirik jam dinding ternyata tengah malam telah terlewati, ku kenakan kembali celanaku, sementara Mbak tiyah habis membenahi pakaian dan rambutnya yang acak-acakan lalu menuju makar mandi. Ku langkahkan kaki menuju kamar dan aku tidur disamping sahabat karibku wawan.

Sebulan setelah kejadian itu Mbak tiyah lulus sekolah kemudian atas saran kedua orang tuanya ia melanjutkan kuliahnya di Yogyakarta. Salam sayang ku buat Mbak tiyah yang cantik jika sempat baca cerita ini semoga engkau tetap sayang padaku “melati”mu
Aku sedang berlibur di kota Bandung, nginap dirumah Om ku adik mama yang paling kecil. Mereka memang 7 bersaudara dan mamaku yang paling tua, aku saat itu berumur 20 tahun dan omku berumur 35 tahun. Istri om ku, tante Ida berumur 27 tahun, orangnya sangat cantik dan mempunyai tubuh yang mungil tapi padat. Pantatnya bebar-benar montok dengan pinggang yang ramping dan perut yang datar, maklum mereka belum mempunyai anak, biarpun sudah kawin hampir 3 tahun.

Akan tetapi tante Ida yang cantik itu, orangnya sangat judes, dia tidak memandang mata keluargaku, maklum kami hanya biasa-biasa saja, sedangkan tante Ida datang dari keluarga yang sangat kaya di kota Surabaya, dia hanya 2 bersaudara dan Ida adik perempuannya yang berumur 22 tahun, masih kuliah di ITB dan tinggal dirumah om dan tante Ida di Bandung.

Selama aku berada dirumah om ku ini, hampir setiap hari tante Ida mengomel saja, karena dia memang sangat benci kalau aku menginap dirumah mereka. Disamping aku memang termasuk anak yang bandel, biarpun secara postur tubuh, aku sudah kelihatan sangat dewasa, karena tinggi badanku 175 cm dengan tubuh yang berotot, tante Ida curiga saja dan menganggap aku sering menerima duit dari om ku, pada hal sangat jarang om ku memberi aku duit.

Saat ini aku nginap di rumah mereka, sebenarnya hanya terpaksa saja, karena aku sedang berlibur di Bandung dan ibuku memberitahukan kepada om ku yang memaksa aku tinggal dirumahnya. Hari ini entah mengapa aku merasa suntuk banget sendirian, kemarin sore sebelum om ku pulang dari kantor, tante Ida marah-marah dan menunjukan muka cemberut terhadap saya. Saat itu rumah berada dalam keadaan sepi, om sudah pergi kekantor, Mbak Ani adik tante Ida sedang pergi kuliah, Bik Suti lagi pergi ke pasar, dan tante Ida katanya mau pergi ke arisan. Tadi sebelum pergi dengan nada yang setengah membentak, tante Ida menyuruh saya menjaga rumah.

“Dari pada BT sendiri, mending nonton BF aja di kamar,” pikirku.

TV mulai kunyalakan, kuambil CD porno yang kemarin kupinjam ditempat persewahan dekat rumah, adegan-adegan panas nampak di layar. Mendengar desahan-desahan artis BF yang cantik dan bahenol tersebut membuat aku terangsang. Dengan lincahnya tanganku melucuti celana beserta CD-ku sendiri. Burungku yang sedari tadi tegak mengacung kukocok perlahan. Film yang kutonton itu cukup panas, sehingga aku menjadi semakin bergairah. Kutanggalkan pakaian yang masih melekat, akhirnya tubuhku tanpa ada penutup sekalipun. Kocokan tanganku semakin cepat seiring dengan makin panasnya adegan yang kutonton. Kurasakan ada getaran dalam penisku yang ingin meyeruak keluar. Aku mau orgasme, tiba-tiba…

“Anton.. apa yang kamu lakukan!!” teriak sebuah suara yang aku kenal.

“Ooooohh… Tante…?!” aku kaget setengah mati dan sangat bingung sekali saat itu. Tak kusangka tante Ida yang katanya mau pergi arisan bisa kembali secepat itu. Tanpa sadar aku bangkit berdiri dan kudekati tante Ida yang cantik tapi judes itu, yang masih berdiri dalam keadaan kaget dengan mata membelalak melihat keadaanku yang telanjang bulat dengan penisku yang panjang dan besar dalam keadaan tegang itu. Tiba-tiba entah setan mana yang mendorongku, secara refleks saja aku menyergap dan mendekap tubuh tante Ida yang mungil padat itu. Badannya yang mungil dan tingginya yang hanya sampai sebahu dari ku, ku bekap dengan kuat dan kutarik agak keatas, sehingga tante Ida hanya berdiri dengan ujung jari kakinya saja dengan kepala agak tertengadah keatas, karena kaget. Dengan cepat kucium dan kulumat bibir tipisnya yang seksi.

“Eeeehhhh… ppppffffff…!!! badan tante Ida seketika mengejang dan agak menggeliat menerima perlakuan yang tidak pernah dia sangka akan berani aku lakukan itu dan sesaat kemudian dia mulai memberontak dengan hebat, sehingga ciumanku terlepas….

“Anton.. jangan kurang ajar.. berani benar kau ini.. ingat, Toonnn.. Aku ini istri om mu…!!! Cepat lepas… nanti kulaporkan kau ke om mu…” teriak tante Ida dengan suara garang mencoba mengancamku.

Aku tak lagi peduli, salah tante Ida sendiri sih, orang mau orgasme kok diganggu. Dengan buasnya aku jilat belakang telinga dan tengkuknya, kedua payudaranya yang biarpun tidak terlalu besar, tapi padat itu langsung kuramas-ramas dengan buas, sampai tante Ida menjerit-jerit. Disamping nafsuku yang memang sudah menggila itu, ada juga rasa ingin balas dendam dan mau mengajar adat padanya atas perlakuan dan pandangannya yang sangat menghina padaku.

Dia mencoba berteriak, tapi dengan cepat aku segera menciumnya lagi. Ada kali 10 menit aku melakukan hal itu, sementara tante Ida terus meronta-ronta, dan mengancamku serta mencaci maki, entah apa saja yang dikatakannya, aku sudah tidak memperdulikannya lagi. Aku terus menyerangnya dengan buas dan mengelus-elus dan meramas-ramas seluruh tubuhnya sambil terus mencium mulutnya dengan rakus. Dia tidak dapat melepaskan diri dari dekapanku, karena memang tubuhku yang tinggi 175 cm dengan badan yang atletis dan berotot, tidak sebanding dengan tubuh tante Ida yang 155 cm dan mungil itu.

Akibat seranganku yang bertubi-tubi itu, lama kelamaan kurasakan tidak ada lagi perlawanan dari tante Ida, entah karena dia sudah lelah atau mungkin dia mulai terangsang juga. Merasa sudah tidak ada perlawanan lagi dari tante Ida, penisku yang panjang dan besar yang sudah sangat tegang itu kugosok-gosok pada perutnya dan kemudian kuraih tangannya yang mungil dan kuelus-elus ke penisku, tangan mungilnya kugosok-gosok, mengocok penisku yang mulai mengeras. Tubuhnya terasa mengejang, akan tetapi kedua matanya masih terpejam, dan tidak ada perlawanan darinya.

Kemudian ketika dengan perlahan kubuka baju tante Ida, dia dengan lemah masih mencoba menahan tanganku, akan tetapi tanganku yang satu mengunci kedua tangannya dan tanganku yang lain membuka satu demi satu kancing-kancing blusnya, dan perlahan-lahan mempertontonkan keindahan tubuh di balik kain itu. Setelah berhasil membuka blus dan BH-nya, kuturunkan ciumanku menuju ke payudara tante Ida yang padat berisi…

“Tooonnnn… aaammmpuunn… Toonnnnn… iiii.. iiingaaattttt.. Tooonnn..!!!” Kucium dan kulumat putingnya yang berwarna kecoklatan itu. Terkadang kugigit dan kupuntir putingnya, sementara kusingkap roknya dan jari-jariku mulai mengelus-elus kemaluannya yang masih tertutup CD.

“Iiiiiiiiii…..ooohhhhhhh…..aaaagggghh hhhhh……..ssssshhhhhhh……..Toooonnnnn……! !!!!” akibat perlakuanku itu, kayaknya tante Ida mulai terangsang juga, itu terasa dari tubuhnya yang mengejang kaku dan dengusan nafasnya makin terdengar kuat. Aku makin memperhebat seranganku dan tiba-tiba tubuh tante Ida bergetar dengan kuat dan……..

“Aaaahhhhhh..Toooonnnn…jaaa..jaaa angaaannn….Tooonnnn……iiii…ngaaaatttt..Tooo nnn… oooohhhhhhh…………aaaaaggggghhh…aaaaggghhh .aaaaggggggggghhhhh…!!!!!” akhirnya, disertai tubuhnya yang mengejang dan menggeliat-geliat kuat, serta kedua tangannya mendekap punggung ku….Seerrr.. cairan kewanitaan tante Ida membasahi CD nya sekalian jemariku.

Setelah masa orgasmenya berlalu, terasa badan tante Ida melemas terkulai dalam dekapanku dan kedua matanya masih terpejam rapat, entah perasaan apa yang sedang bergelora dalam tubuhnya, puas, malu atau putus asa akibat perlakuanku terhadap nya , sehingga dia mencapai orgasme itu. Tarikan nafasnya masih terengah-engah.

Kami terdiam sejenak, sementara tubuh tante Ida bersandar lemas dalam dekapanku dengan mata. Jemari lentik tante Ida masih menggenggam penisku yang masih tegak mengacung. Akhirnya secara perlahan-lahan kepala tante Ida menengadah keatas dan terlihat pandangan matanya yang sayu menatapku, sehingga menambah kecantikan wajahnya dan secara lembut terdengar suaranya…

“Oooohhhh….Toonnnn, apa yang kau perbuat pada tantemu ini…….?????”

“Eeeehhmmm…maafkan Anton tante….Anton lupa diri….abis tante tadi masuk tiba-tiba selagi Anton akan mencapai klimaks….salah tante sendiri sihhh…….lagi pula…tante amat cantik sihhh…..!!!!!!” sahutku mencari-cari alasan sekenanya.

Sekarang kayaknya tante Ida sudah pasrah dan sambil tanganya masih menggenggam penisku katanya lagi..

“Tooonnnn…..punya kamu gede amat yaaaa…????. Punya Om mu nggak sampai segede ini..!!”

“Aaahhhhh, tante…apa betull…?????!” memang penis ku panjangnya 20 cm dan gede juga dengan kepalanya yang bulat besar, apalagi kalau lagi sangat bernafsu begini. Jemari lentik tante Ida yang tadinya hanya menggenggam saja, kini mulai memainkan penisku dengan manja. Seperti mendapat mainan baru, tangan tante Ida tak mau lepas dari situ.

“Taaannnnn…., kok diiiii…..dii…diamin aja, dikocok dong, Taannn…. biar
enaaakkk….!!!!”

“Ton, Ton.. kamu keburu nafsu aja….aaaaggghhh….!!!”, perlahan-lahan kedua tanganku menekan bahu tante Ida, sehingga tubuh tante Ida berjongkok dan sesaat kemudian kepalanya telah sejajar dengan selangkanganku. Kedua tangannya segera menggenggam penisku dan kemudian tante Ida mulai menjilati kepala penisku dengan lidahnya. Bergetar seluruh tubuhku menerima rangsang dari mulut tante Ida. Dijilatnya seluruh batang kemaluanku, mulai dari pangkal sampai ujung. Tak ada bagian yang terlewat dari sapuan lidahnya.

Dikocoknya penisku didalam mulutnya, tapi tak semuanya bisa masuk. Mungkin hanya 3/4 nya saja yang dapat masuk ke mulut tante Ida. Kurasakan dinding tenggorokan tante Ida menyentuh kepala penisku. Sungguh sensasi sangat luar biasa menjalar ke seluruh tubuhku. Cukup lama juga tante Ida mengulum penisku. Kurasakan batang penisku mulai membesar dan makin mengeras. Dari dalam kurasakan ada sesuatu yang memaksa untuk keluar. Merasa aku akan keluar, tante Ida semakin cepat mengocok batang kemaluanku.
“Taaannnnn..ah..aohh.. taaannn.. Anton mo keluar,…….aaauuugghhhh…..taaannnn..!!!!!!!”

Akhirnya..Croott..croott..croottt.. Hampir sepuluh kali cairan itu menyembur dari ujung penisku. Diminumnya air maniku dengan, dijilatinya semua, sampai tak ada lagi cairan yang tersisa. Meskipun sudah keluar tetapi penisku tetap saja masih tegar, meski tak seberapa keras lagi Melihat itu, tante Ida mencium-cium kepala penisku dan menjilat-jilatnya hingga bersih.

Kemudian kutarik berdiri tubuh tante Ida dan kudorong ke tempat tidur, sehingga tante Ida terlentang diatas tempat tidur. Dengan cepat kulucuti rok sekalian CD nya, sehingga sekarang tante Ida terlentang diatas tempat tidur dengan tubuhnya yang mungil tapi padat itu berada dalam keadaan telanjang bulat. Tante Ida hanya menatap ku dengan pandangan yang sayu dan terlihat pasrah. Aku naik keatas tempat tidur dan kedua kakinya kupentang lebar-lebar dan aku berjongkok diantara kedua pahanya yang terpentang membuka lebar kemaluannya yang telah licin, siap untuk diterobos.

Kupegang batang penisku dan kugosok-gosok sepanjang bibir kemaluannya, sambil kutekan-tekan pelahan. Merasakan gesekan-gesekan lembut vagina tante Ida, penisku mulai mengeras kembali. Ku ambil tangan tante Ida dan ku tempatkan pada batang penisku, segera digengamnya penisku dan diarahkan ke lubang kemaluannya. Dengan sedikit gerakan menekan, kepala penisku perlahan-lahan mulai masuk setengah ke lobang kemaluan tante Ida. Terasa lobang kemaluan tante Ida sangat sempit mencengkeram batang kemaluanku. Dinding kemaluan tante membungkus rapat batang kemaluanku, kutekan lagi dan tubuh tante Ida menggeliat…

“Oooooohhhhhh… Toooonnnn… bee.. beeeesaaarrrr aaaaa.. maaaattttt.. pe.. peeelaaan… pee laaan… Tooooonnnnn… ooooohhhhh..!!!!!” tante Ida merintih perlahan. Secara pelan dan hati-hati aku menekan batang kemaluanku makin dalam… terus… terus…. ooohhhhhh… eeeenna aaak… benaaarrrr… terasa jepitan kuat dinding kemaluan tante Ida yang menjepit rapat batang kemaluanku. Perasaanku terasa melayang-layang dilanda kenikmatan yang tidak terlukisakan ini…..

“Taaaaannnnn……ooohhhhhh…..eeee euuuuunnaaaakkkkkkkk…taannnnn….!!!!”

Dengan kedua paha yang terkangkang lebar-lebar dan kedua tangannya berpegang pada pinggangku, tante Ida memandang ku dengan tatapan sayu, terlihat sangat cantik dan menawan, sehingga aku yang sedang bertumpu diatasnya perasaanku terasa menggila, melihat dan merasakan wanita cantik dan ayu yang berbadan mungil tapi padat ini, terlentang pasrah dibawahku, menerima seluruh perlakuanku.

Kugerakan perlahan-lahan pinggulku menekan kebawah, sehingga penisku terbenam makin dalam kelobang kemaluannya, dalam….. dalam….. terus…… terus….. daannnn….. ….kemudian……ujung kepala penisku terasa mentok, karena beberapa kali tubuh tante Ida mengejang ketika aku mencoba menekan lebih kuat, aku kemudian mulai menarik keluar dan selanjutnya memompa keluar masuk.

Dengan bersemangat aku mulai menaik-turunkan tubuhku. Gerakan naik-turun yang terkadang diselingi dengan gerakan memutar, sungguh merupakan sensasi yang sangat luar biasa. Apalagi posisi kedua paha tante Ida terkangkang lebar-lebar, membuat tikaman-tikamanku terasa jauh didalam dasar lobang kemaluannya. Aku dapat melihat payudara tante Ida bergerak-gerak keatas kebawah setiap kali aku menekan masuk penisk dalam-dalam sehingga kedua selangkangan kami berhimpit rapat-rapat. Kemudian kurasakan otot-otot kemaluan tante Ida dengan kuat menyedot penisku. Semakin lama kurasa semakin kuat saja kemaluan tante Ida menjepit penisku. Kulihat wajah tante Ida nampak makin memerah menahan orgasme keduanya yang akan melandanya sebentar lagi.

“Aaaaaaddduuuuuhhhhh….Toooonnn.. Aaaagggghhhhhh.. Oouggg.. hhaa..hhaa…Toooonn …taaannnn…teeeee…maaa…. Maaauuuu…keee…keeeeluaraarrrr lagi, Toonnnnn…!!!!!!!.” Dan….. Seeeeerrrr…..kurasakan cairan hangat membasahi penisku.

Sementara nafsuku sudah sangat memuncak menuntut penyelesaiannya, aku sudah tidak bisa lagi bertindak halus, tanpa banyak bicara, segera saja kupompa pantatku dengan cepat dan gencar, mendapat serangan yang agak kasar dan tiba-tiba itu tante Ida menjerit-jerit kesakitan. Meskipun lobang kemaluan tante Ida telah basah dan licin banget, tapi tetap saja terasa seret untuk ukuran penisku yang besar.

Tak kuhiraukan lagi suara tante Ida yang menjerit-jerit kesakitan, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin segera mengakhiri permaina ini dan merasakan nikmat yang akan datang padaku. Kurasakan otot-otot penisku mulai berdenyut-denyut dengan kerasnya, ada sesuatu yang berusaha untuk keluar dari batang penisku. Kucoba untuk menahannya selama mungkin agar tidak segera keluar, tapi jepitan dinding kemaluan tante Ida akhirnya meruntuhkan pertahananku.

“Aaaaaauuddddduuhhhh… taaannnnnn… teeeee… oooooohhhhh…..!!!!” keluhan panjang penuh kenikmatan keluar dari mulut ku disertai dengan…croott.. croott….croooootttt….semburan..maniku menyemprot dengan kuat, mengisi relung-relung terdalam lobang kemaluan tante Ida, kemudian badanku tertelungkup lemas menidih badan mungi tante Ida, sementara kuubiarkan penisku tetap didalam kemaluan tante Ida untuk merasakan sisa-sisa orgasmeku. Kurasakan kemaluan tante Ida tetap saja berdenyur-denyut, meski tak sekuat tadi.

“Taannnn, terima kasih ya, udah mau temenin Anton main.!!!!” kataku dengan manja.

“Kamu, tuh, Ton, kalau lagi nafsu jangan main maksa dong, masak tantemu sendiri kamu perkosa juga…..!!!!”

“Iiihhhhh…tante…..tapi tante senang juga….kaannnn …..????”

“Iya.. siiihhh….!!!!!” kata tante Ida malu-malu.

Sejak saat itu sikap tante Ida terhadapku berobah seratus persen, biarpun sikap kami ini tetap terjaga dihadapan om dan adik tante Ida. Aku dan tante Ida sering berhubungan sex bersama kalau rumah lagi sepi. Aku makin merasa sayang saja terhadap tante Ida, apalagi tante Ida melayani nafsu sex saya dengan rela dan sepenuh hati.
Perkenalkan namaku John(samaran). Umur aku sekarang 23 tahun. Sekarang kuliah disalah satu universitas swasta di surabaya. Tinggi aku 175 cm berat 60 kg. Aku termasuk cowok yang mudah terangsang, tiap kali melihat gadis dengan dada besar, kontolku langsung berontak.. Aku sering melekukan onani paling tidak 1 kali sehari..

Waktu itu bulan Juli, lagi liburan sekolah. Waktu itu ortu dan adik perempuanku jalan-jalan ke jakarta, jadi rumahku tinggal aku sendiri akhirnya aku dititipkan dirumah tanteku (adik Mamaku). Mina, nama tanteku. Kalau nggak salah umur tanteku waktu itu 28, tanteku belum punya anak walaupun sudah kawin 1 tahun lebih. Jadi ketika aku ke sana dia senang sekali. Om-ku seorang pegawai swasta di Surabaya, tapi sering keluar kota untuk kerja proyek di sana.

«John, tolong jaga rumah dan tantemu ya, tantemu lagi sakit. Om besok ke jakarta, ada proyek penting yang harus dikerjakan»kata om-ku.
«Ya, om. Beres, tapi mana duitnya, hehe»Terus aku dikasih 100 ribu sama om-ku.

Keesokan harinya..

«John, ingat ya pesan om».

Pesan om-ku dan akhirnya dia berangkat menuju Jakarta. Sorenya aku nonton TV dengan tanteku. Waktu itu tanteku pake piyama yang tipis. Dada tanteku kutaksir 34B, jadi lumayan besar..

«Tante kan lagi sakit, kenapa nggak istirahat saja? Biar cepat sembuh».
«Nggak apa-apa. Kalau di kamar terus juga sama aja. Mendingan nonton TV bareng kamu disini»

Hehe, aku lihati terus tubuh tanteku yang sexy itu.. Dan pikiranku mulai ngeras, begitu juga adikku, sudah mulai bangun.. Aku langsung membayangkan kalau lagi bersetubuh dengan tanteku itu.. Tiba-tiba..

«Oi, lagi mikirin apa John, sampai bengong kayak gitu. Lagi lihat TV kok lihat-lihat tante terus».
«Habis tante cantik banget, terus sexy lagi, hehe»
«Bisa aja kamu. Nakal ya.»
«benar kok. Tante memang cantik.»Terus kami nonton TV lagi..
«Eh, sudah jam 7 lho, ayo makan malam. Sudah dibeliin ayam goreng. Tadi pesan di warung»
«Ayo tante..»aduh pikirku.. Padahal sedikit lagi..

Akhirnya kami makan malam bersaman.. Aku melihat tubuh tanteku terus.. Tidak konsentrasi untuk makan..

«Ayo, John. Dimakan ayamnya. Kok bengong. Minta disuapin ya?»
«Ah nggak tante bisa sendiri kok. Tapi kalau disuapin sih mau aja»
«Ayo cepat makan, dasar nakal»
«Atau tante mau disuapin sama John, tante kan lagi sakit»
«Ayo makan, jangan ngomong terus!» tanteku sepertinya marah..

Malamnya sekitar pukul 22.00.. Dari kamar tante terdengar suara panggilan.

«John. John.. Kesini sebentar»
«Ya tante, sebantar ya aku lagi telepon»
«Cepatan, John.» habis telepon aku langsung menuju kamar tante.
«Tante, aku masuk ya?»
«Ya, pintunya tidak dikunci kok, masuk aja»

Aku langsung masuk kekamar tante. Kamrnya harum, bau parfum..

«Kamarnya harum tante. Pake apa?»
«Sini John. Dekat kesini.»
«Tante. Ada apa? Tante sakit lagi ya?»
«Ya John. Kepela tante rasanya seperti mau pecah..»
«Saya ambilin obat ya tante? Tante nggak apa-apa kan? Atau mau ke dokter?».
«Nggak perlu John. Kamu kesini John».

Aku lalu mendekat ke tubuh tante yang berbaring di ranjang.

«Sini» Tante lalu memegang tanganku dan di taruhnya di kepalanya.
«Tolong John, urut kepalaku ya. Biar sakitnya berkurang..» kata tante dengan suara yang menggoda..

Dan tentu saja langsung kupenuhi permintaannya.. Pikiranku mulai berpikiran lagi untuk bersetubuh dengan tanteku. Aku duduk diranjang di bagian atas kepala tanteku dan mengurut kepalanya. Aku bisa melihat dada tanteku yang menyembul karena saat itu dia memakai piyama warna putih yang tipis..

Sambil mengurut kepalanya aku juga mengelus-elus rambut tanteku. Mataku tertuju ke dadanya yang sepertinya mulai mengeras karena terlihat puting susunya dari luar. Sepertinya tanteku tidak memakai BH.. Pikiranku sepertinya tidak bisa diajak berkompromi lagi..

«Tante, tante cantik banget».
«John tolong pijat kaki tante juga ya. Kok rasanya pegal»
«Ya tante» dan langsung kupijat betis tanteku..
«Kulit tante putih dan mulus ya» kataku.
«Hehe, ayo pijat terus John. Ayo lebih ke atas lagi, pijat paha tante.»

Kupijat paha tante yang mulus dan putih itu. Mata tanteku terpejam, sepertinya kepalanya sudah tidak sakit lagi. Pikiran kotor ku muncul lagi. Ingin rasanya menikmati tubuh tanteku ini. Pijatan yang tadinya kulakukan sekarang berubah menjadi elusan pada paha tanteku.. Dan sepertinya tanteku sangat menikmati karena tanteku diam saja.

«Tante, gimana rasanya sekarang. Sudah baikan?»
«Terusin. Jangan hentikan pijatanmu.. Ayo John..»

Aku tahu tanteku pasti juga sudah mulai terangsang dilihat dari bahasa tubuhnya.. Aku tidak lagi memijat tapi kuelus terus pahanya.. Dan pelan-pelan kunaikkan tanganku dan kuselipkan ke celana tanteku.. Tidak ada reaksi sama sekali dari tanteku.
Inilah saatnya aku melakukannya.. pikirku dalam hati.. Kuelus-elus dengan lembut tubuh tanteku itu. Dan akhirnya kuberanikan diri untuk menyentuh celana dalam tenteku.. Dan ternyata celana dalamnya sudah basah.. Langsung saja kuelus vagina tanteku yang masih ditutupi CD itu.

«Ehmm, John, ayo teruskan..»

Aku coba untuk menyelipkan jariku ke dalam CD tanteku.. Dan kugesekkan jariku disana..

«Enakk John, ayo terus,»
«Tante, saya buka celana tante ya, biar lebih asyik..»
«Terserah kamu John, ayo cepat..»

Langsung saja kubuka celana tante.. Dan sekarang aku elus perut tante..

«Ya John, ouh..»

Kuremas dada tante yang masih memakai baju piyama..

«John, buka saja bajuku. Ayo lakukan sesukamu..»

Dan kubuka baju tante.. Dan langsung menyembullah 2 bukit indah yang belum pernah kulihat.. Kuremas payudara tante dengan kedua tanganku..

«Ouhh, enak John, teruskan..» desah tanteku..

Kuremas-remas terus dada tante yang putih halus itu..

«Ayo John lakukan sesukamu dengan dadaku.. Hisap John. Hisap susu tante..»

Kuturunkan wajahku ke dada tante dan kuhisap susu kirinya.. Dada yang kanannya kuremas terus.. Kugigit halus puting susunya..

«Ouhh,» teriak tanteku, «Enak John, ayo hisap yang dalam»

Kuhisap susu tante sampai keluar cairan susunya..

«Susu tante enak. Aku suka susu tante..»

Kedua susu tante kuhisap dan kuremas-remas.. Kubuka seluruh pakaianku hingga kontolku keluar..

«Ohh.. Kontolmu gede John.. punya om-mu aja kalah. Diapain kontolmu».

Kontolku yang sudah nongol langgsung dielus sama tanteku..

«Adik manisku» kata tanteku sambil mengocok kontolku..
«Enak kan?»
«Oh enak banget tante..»

Kontolku dikocok terus oleh tanteku.. Aku tidak mau kalah langsung kubuka CD tanteku..

«Tante, vagina tante merah muda, aku suka sekali»

Akhirnya kami bermain dalam posisi 69. Vagina tante yang sudah basah langsung saja kujilat.. Sllrrpp.. ssllrrpp.. bunyi suara lidahku ketika menjilat vagina tanteku.. Tanteku juga tidak kalah gesitnya.. Kontolku yang sudah menegang itu dimasukin ke mulutnya.. Dan sejurus kemudian langsung dimainkan dengan lidahnya dan dihisap-hisap juga..

Kubuka vagina tanteku dengan jari telunjuk dan jempolku.. Lalu kutusuk-tusukkan lidahku di lubang memeknya.. Sambil sekali-kali kuhisap vagina tante yang baunya harum.. Sampai lebih kurang 10 menit kami dalam possisi 69, tiba-tiba kepalaku dijepit oleh kedua paha tante..

Aku tahu kalau tanteku sudah mencapai orgasme yang pertamanya.. Dari vagina tante keluar cairan warna putih dan langsung kujilat sampai bersih.. Tanteku masih sibuk dengan kontolku walaupun sudah mencapai orgasme..

Lalu..

«Tante, aku juga mau keluar»

Mendengar ucapanku hisapan tanteku pada kontolku semakin dipercepat. Dan.. Crroott.. croott.. Kumuncratkan 6 kali spermaku di mulut tanteku..

«Tante, jangan ditelan dulu spermanya..» pintaku..

Lalu kupegang kepala tante dan kulumat bibirnya yang masih penuh dengan cairan spermaku.. Dan tanteku bereaksi dengan cepat, akhirnya kami berbagi sperma. Kumainkan lidahku dalam mulut tante yang penuh sperma dan kuhisap spermanya, lalu kumuntahkan lagi ke mulut tanteku.. Tanteku juga melakukannya.. Sampai lebih kurang 5 menit. Kami lalu menelan sperma tersebut..

«Ayo John, masukin kontolmu ke vagina tante» pinta tanteku..

Kontolku memang masih tegang walaupun sudah sempat mengeluarkan sperma.. Kubuka paha tante lebar-lebar.. Sampai terlihat lubang memeknya yang masih basah itu.. Lalu kupegang kontolku dan kugesekkan kepala kontolku di mulut memeknya..

«Oh, John ayo masukan kontolmu.. Tubuhku ini milikmu John.. Ayo. Lakukan sesukamu.. Memekku ini milikmu John.. Ayo masukin..» racau tanteku..

Kudorong kontolku ke vagina tanteku yang sudah basah sekali.. Agak susah masuknya..

«Oughh.. Masukin yang dalam John.. Sampai kontolmu amblas.. Ayo John..»

Kutekan lagi kontolku. Sekarang kontolku sudah masuk 1/2 ke dalam vagina tanteku.. Kutarik sedikit kontolku dan aku menarik napasku.. Dan.. Bless.

«Aughh, John sakit.. Kontolmu gede banget» teriak tanteku..

Kontolku seperti dimakan oleh memeknya tante, amblas.. Kutarik pelan-pelan kontolku..

«John, aauugghh. Sakit. Pelen-pelan ya..»

Kutarik dan dorong dengan pelan kontolku yang berada dalam lubang kenikmatan tanteku..

«Tante, memeknya masih sakit?»
«Nggak John. Ughh. Nikmat. Ayo John lakukan sesukamu».

Kupercepat gerakan kontolku.. Tarikk dorongg.. Tarik.. Dorong..

«Oughh.. Shh.. John.. Oughh shh..» desah tanteku karena nikmat yang kuberikan. Kugenjot terus vagina tante yang semakin becek itu..
«Ouugghh enakk Johnn ayo genjot vagina tante.. Lagi John.. Ssshh»

Ku percepat gerakan maju mundur pantatku.. Payudara tante yang bergoyang turun naik seiring dengan genjotanku kuremas-remas.. Dan sekali-kali kupelintir putingnya..

«Auhgghh enak John.. Ayo genjot.. Terusshh»

Kontolku yang berada dalam vagina tante.. Kutarik sampai hampir keluar.. Lalu.. Kudorong pantatku kedepan sekuat tenaga..

«Aaaugghh enak John, ayo lakukan lagi.. Aku suka ****** kamu Johnsshshh»

Kulakukan terus dan kupercepat genjotanku. Sepertinya tanteku sudah hampir klimaks..

«Ayo John pompa memek tante secepat dan sekeras mungkin dengan kontolmu itu.. Ougghh»

Tanteku juga menggoyangkan pantatnya maju mundur sehingga terasa sekali denyut memeknya.

«John, tante mau keluar.. Ougghh shh tante nggak tahan lagi..»
«Kita sama-sama aja tante..»

Kupercepat genjotanku. Kupompa terus vagina tanteku ini.. Dann.. Tanteku memelukku dengan erat dan terasa semburan cairan kenikmatan bibi dalam memeknya..

Croott ccrroott ccrroott..

Aku juga menyemburkan spermaku dalam vagina tanteku.. Akhirnya kami lemass.. Kontolku yang masih berada dalam vagina tante.. Seperti dijepit.. Enek sekali denyutannya.. Aku juga membalas dengan membuat kontolku berdenyut..

«Hehe nakal ya kamu..»
«Tante juga»

Lalu kami berdua berciuman dan memainkan lidah.. Dan kucabut kontolku.. Terlihat cairan spermaku dan tanteku mengalir keluar dari memeknya.. Tanpa perintah langsung kujilati cairan yang membasahi vagina tanteku sampai bersih.. Dan kugigit halus bibir memeknya..

«Auhghh, kamu kok nakal banget sih..»
«Habis vagina tante enak sekali»

Kami lalu tertawa.. Tidak terasa kami main hampir 2 jam.

Malam itu kami tidur tanpa membersihkan diri lagi.. Bau cairan kenikmatan kami seperti memenuhi kamar tanteku.. Dan kami tidur tanpa busana.. Semalaman kami hampir tidak tidur karena kami terus saling mengelus-elus bagian tubuh kami.
nama saya sebut saja Yandi dan berasal dari Banjarmasin an waktu itu saya kost didekat daerah dago. Tempat kostnya lumayan bagus dan ibu kos saya waktu itu berumur sekitar 28 tahun. suaminya sudah meninggal karena kecelakaan lalu linta dan dia belum sempat dikarunia anak..... untuk membiayai kehidupan sehari - hari dia bekerja di bank swasta di bandung....

Sebelumnya saya kost di daerah Cihampelas dan karena ribut dengan salah satu anak kos,saya coba cari tempat kos lain. Rumah kos baru ini saya ketahui ariu salah seorang teman yang masih sodara sepupu ibu kos saya. waktu pertama kali saya datang ketempat kos,ibu kos saya (sebut saja namanya Icha)agak ragu-ragu karena dia sebenarnya berencana untuk menerima wanita. maklum dia hanya tinggal sendiri ditemani seorang pembantu. untung akhirnya Mba icha mau menerima saya karena tahu saya adalah teman baik sodara sepupunya.

Sebagai gambaran,mba icha tingginya 165 cm,dengan wajah yang cantik. kulitnya putih dan badanya juga sangat seksi dengan ukuran payudara yang lebih besar dari wanita indonesia pada umumnya. belum lama saya tinggal disana saya mulai tahu kalau mbak icha dibalik penampilan luarnya yang cukup alim,ternyata mempunyai libido seks yang cukup tinggi. Waktu itu saya sedang dirumah sendiri dan saya suruh pembantu untuk membelikan makanan diluar,saya iseng dan masuk kekamarnya dan membuka lemari pakaiannya,di lacinya,dibwah tumpukan pakaian dalamnya ternyata terdapat 2 buah vibrator yang mungkin sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.Mbak Icha juga mempunyai beberapa pakaian dalam dan baju tidur yang sangat seksi.Hal ini sebenarnya sudah saya ketahui dengan memperhatikan pakaian-pakaian dalamn ya bila dijemur di halaman belakang rumah.

Dirumah pun mba icha cukup bebas,dia hampir tidak pernah menggunakan bra bila dirumah walaupun dia tahu saya ada di dirumah. di balik baju kaos ketat atau baju tidur yang dikenakannya seringkali putingnya terlihat menonjol dan saya sendiri kadang kadang risih untuk melihatnya. kalau keluar kamar mandipun mba icha biasanya hanya mengenakan handuk yang tidak terlalu besar dan dililitkan di badannya sehingga kemontokan buah dadanya dan kemulusan pahanya terlihat jelas.

Suatu pagi waktu saya sedang sarapan mbak icha masuk keruangan makan sehabis melakukan senam aerobik dihalaman belakang. dia mengenakan baju senam berwarna merah muda dengan bahan yang cukup tipis tanpa lapisan dalam lagi. Karena bajunya basah oleh keringat,waktu dia masuk saya cukup kaget,karena buah dada dan putingnya terlihat jelas sekali dibalik baju senamnya. Saya yakin dia sadar akan hal itu dan sengaja mengenakan baju senam itu untuk menggoda saya. waktu saya menoleh kedadanya,mbak icha langsung bertanya " hayo,lihat apa kamu??" saya sendiri hanya tersenyum dan berkata,"Ngga lihat apa - apa kok,lagian mba pakai baju kok transparan betul sih?". Mbak icha balik bertanya"memangnya kamu gak suka lihat yang begini?". "Ya saya suka dong mba namanya juga laki-laki". waktu itu saya malu sekali dan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan ke hal yang lainnya,tetapi sepanjang sarapan harus diakui klw saya berkali-kali mencoba untuk mencuri pandang ke arah dadanya..

Malam harinya ketika saya sedang menonton TV di ruang depan mbak icha menghampiri saya dengan menggunakan baju tidurnya yang berwarna putih.dia ikut menonton TV, dan selang beberapa lama dia berkata kepada saya,"Yan,aku pegal-pegal semua nih badannya,mungkin karena aerobik tadi pagi,bantu pijitin mbak yah?". Dengan spontan saya berkata "boleh mbak,dimana??","ke kamar mbak aja deh",katanya. Sebenarnya saya sudah menunggu kesempatan ini sejak lama,tetapi memang karena saya pemalu, saya tidak pernah berani coba-coba mengutarakan hal ini ke Mbak icha. Saya mengikuti mbak icha kekamarnya dan dia menyuruh saya duduk ditempat tidurnya.mbak icha kemudian mengambil baby oil dari laci sebelah tempat tidurnya dan memberikan kesaya.Saya bilank klw bajunya nanti kotor klw pake baby oil,tujuan saya sebenarnya adalah supaya mba icha mau melepaskan baju tidurnya.Mba icha langsung mengangkat baju tidurnya dihadapan saya,dan yang mengejutkan,dia hanya mengenakan celana dalam G-String berwarna putih yang tidak cukup untuk menutupi bulu kemaluannya yang lebat. Di kiri kanan celananya masih tampak bulu kemaluannya,tubuhnya indah sekali,payudaranya besar dan bentuk yang indah dan puting berwarna coklat kemerahan.

"Bagaimana Yan,menurut kamu badanku bagus?"
sayapun mengangguk sambil menelan ludah.Baru pertama kali ini saya melihat tubuh wanita dalam keadaan yang hampir telanjang bulat. biasanya saya hanya melihat di film(waktu itu belum ada internet seperti sekarang). mba icha kemudian merebahkan badannya dan saya mulai memijitnya dari belakana setelah terlebih dahulu mengoleskan baby oil. Luar biasa,kulitnya mulus sekali dan sekujur tubuhnya ditumbuhi oleh bulu - bulu halus yang menambah keseksiannya. Pada waktu saya memijit kaki dan pahanya,mba icha membuka kakinya lebih lebar,dan saya dapat melihat kemalluannya yang tercetak jelas pada celana dalamnya yang kecil itu.Belum lagu bulu kemaluannya yang keluar menambah indah pemandangan itu. saya terus memijit paha bagian dalamnya dan saya sengaja untuk tidak sampai keselangkannya agar dia terangsang secara perlahan-lahan.Mba icha mengeluarkan lenguhan-lenguhan lembut dan saya tahu dia menikmati pijitan saya.kakinya juga dibuka lebih lebar dan mengharapkan tangan saya menyentuh kemaluannya,tetap saja saya sengaja untuk tidak menyentuh kemaluannya.Dari kemaluannya sudah mulai keluar sedikit cairan yang membasahi celana dalamnya,saya tau dia klw dia sudah terangsang....

Saya minta mba icha membalikkan badannya,dia langusng menurut dan saya usapkan baby oil di dada dan perutnya.Payudaranya cukup kenyal dan waktu saya memainkan jari-jari saya diputingnya dia menutup matanya dan terlihat benar-benar menikmati apa yang saya lakukan.Kemudian mbak icha bangun dan meminta saya membuka pakaian saya. dia berkata klw dia sudah benar-benar terangsang dan sejak kematian suaminya dia tidak pernah tidur dengan seorang priapun.Aku minta mbak icha yang melucuti pakaianku,dengan cepat mbak icha membuka baju kaos yang aku kenakan dan kemudian celana pendek dan celana dalamku."Kamu juga sudah terangsang yah Yan?". "ia dong mbak,dari tadi juga sudah berdiri begin",kataku sambil tertawa.Mbak icha pun kemudian memegang kemaluanku dan mulai melakukan oral seks kepadaku.Terus terang itu adalah hal pertama kali seorang perempuan melakukan hal itu kepada saya.waktu SMA saya pernah punya pacar tapi tidak pernah melakukan hal-hal sejauh itu,paling-paling juga kami hanya gandengan tangan dan berciuman.mbak icha ternyata ahli sekali dan saya merakan kenikmatan yang luar biasa.

Selang beberapa lama kemudian,mbak icha melepaskan celana dalamnya dan menyuruhku tiduran di ranjang dan dia naik diatasku. kakinya dibuka lebar di atas kepalaku sambil llidahnya menjilati kemaluanku. pinggulnya diturunkan dan kemaluannya hanya beberapa senti diatas mukaku.Sungguh pemandangan yang sangat indah,langsung saja aku menjilati kemaluan dan clitorisnya dari bawah.ternyata rasanya tidak jijik seperti yang aku bayangkan sebelumnya.cairannya sedikit asin dan tidak berbau,aku tahu kalau dari kesehariannya yang resik,mbak icha pasti juga rajin menjaga kebersihan kemaluannya.
Aku terus menjilati kemaluannya dan mulai memeberanikan diri menjilati bagian dalamnya dengan membuka kemaluannya dengan jariku lebih lebar.Mbak icha sangat menikmati dan dia juga menjilati kemaluanku dengan lebih ganas lagi. Kemudian dia bangun dan memintaku memasukkan kemaluanku kedalam vaginyanya."ayo dong yan,aku sudah tidak tahan lagi nih". aku bilank kalau aku belum pernah melakukan hal ini dan mbak icha berkata"Kamu tiduran aja,nanti mba yang ajarin kamu." Kemudian mbak icha duduk diatas ku dan dengan perlahan memasukkan kemaluanku.Rasanya nikmat sekali dan mbak icha mulai menggoyangkan pinggulnya.aku memejamkan mataku dan berpikir kalau beginilah rasanya berhubungan dengan wanita. kalau sebelumnya hanya imajinasi semata,sekarang aku merasakan bagaimana nikmatinya berhubungan dengan wanita secantik mbak icha.
Malam itu kami berhubungan badan dua kali,setelah kami selesai yang pertama,mbak icha mengajak saya mandi dan kemudian mengganti seprei dengan yang baru karena kotor oleh keringat dan baby oil yang digunakan tadi.kemudian kita lanjut lagi dan saya mencoba gaya-gaya lainnya.

Setelah kejadian malam itu,mbak icha sering mengajak saya tidur dikamarnya dan hubungan seks diantara kami menjadi hal yang rutin kami lakukan.Mbak icha juga mengajak saya melakukannya diseluruh bagian rumah,dari ruang tamu sampai halaman belakang.biasanya bila melakukan di luar kamar, kami melakukannya malam hari setelah pembantu tidur.Pernah sekali pembantu rumah tangga memergoki kami diruang tengah waktu dia mau mengambil minuman di dapur. cepat cepat dia memalingkan mukanya dan balik kekamarnya. setelah itu dia tidak pernah keluar malam-malam dan itu lebih membuat kami lebih bebas melakukkanya di rumah.Sewaktu pembantu mudik pada saat lebaran kami menghabiskan waktu dirumah tanpa mengenakan pakaian selembarpun.Mbak icha yang mengusulkan hal itu dan begitu sampai rumah mbak icha langsung melucuti semua pakaian yang dikenakannya sepulang dari kantor...
saya juuga mulai sering pergi dengan mbak icha dan waktu itu hubungan kami sudah layaknya seperti orang pacaran. diapun sudah tidak mau disapa dengan mbak,dan dia minta saya memanggilnya dengan nama depannya sendiri.Dia juga tidak mau lagi menerima uang kos dari saya dan uang kiriman dari orang tua dapat saya gunakan untuk bepergian dengan dia.satu hal yang ingin saya ceritakan,dia jarang sekali mengenakan celana dalam bila pergi keluar rumah,kecuali kalau kekantor.Pernah juga beberapa kali saya minta dia ke kantor dengan tidak mengenakan celana dalam dibalik roknya,dan dia menuruti,kalau saja karyawan laki-laki di bank tempat dia bekerja tahu kalau dibalik roknya yang lumayan pendek itu tidak ada apa-apanya lagi...Kalau bra,biasanya dia kenakkan bila tidak akan terlihat jelas dan di risih bila banyak lelaki memandang ke arah dadanya...

HUbungan kami masih berlangsung sampai sekarang walaupun orang tuaku tidak menyetujui karena usianya yang jauh lebih tua dan statunya yang janda.Saya sekarang bekerja di Banjarmasin dan bila akhir pekan saya selalu menghabiskan waktu saya di bandung.

Sebenarnya merasa bersalah dan bodoh, karena bisa merusak masa depan saya, dan saya bisa saja jadi gak niat menikah, karena ibu kost bisa menjadi pelampiasan seks ku, sampai saat ini tante girang tetap jadi khayalanku, tapi ibu kost juga gak masalah.